3 Maret 2012

Khotbah Markus 13: 3-13

WATCH!
Oleh Astrid Angelina



Pendahuluan
Saudara-saudara mungkin masih mengingat tokoh populer dan berkharisma yang bernama Mbah Marijan.  Dia bukanlah pria idaman saya, namun demikian saya tetap mengagumi satu hal dari dirinya, yakni kesetiaannya.  Pada tanggal 26 Oktober 2010, Mbah Marijan menjadi salah satu korban tewas akibat sapuan awan panas yang meluncur 200 km/jam dari puncak Merapi ke arah desanya di dalam peristiwa letusan Merapi.  Menariknya, jenazah Mbah Marijan ditemukan dalam keadaan sujud dengan sekujur tubuh dipenuhi luka bakar.  Konon, ia menolak dievakuasi oleh Tim SAR karena “Sri Sultan” yang disembahnya tidak memberikan instruksi untuk mengungsi.  Ia tetap bertahan di tempatnya sampai hembusan nafas yang terakhir. 
Saudara-saudara, jika seorang Mbah Marijan bisa bertahan sampai akhir demi sesembahannya yang sesungguhnya bukan Allah, bagaimana dengan kita yang memiliki dan menyembah Allah yang hidup dan berkuasa?   Kita kadang-kadang menjumpai fakta yang ironis karena sejumlah orang “Kristen” dengan mudah meninggalkan Allah yang disembahnya.  Beberapa dari antara mereka diperdaya oleh pengajaran-pengajaran sesat dan filsafat-filsafat kosong yang menawarkan kenikmatan semu.  Beberapa yang lain berpindah keyakinan karena tidak tahan menghadapi tantangan atau penganiayaan dari pihak orang-orang yang membenci Kristus dan pengikutnya.  Beberapa yang lainnya meninggalkan Tuhan demi demi mengejar keuntungan atau kenikmatan duniawi.  Berbagai godaan dan ancaman dapat menggoda orang untuk meninggalkan Tuhan.  Itulah sebabnya, sebagai orang percaya, kita harus senantiasa berjaga-jaga agar di tengah-tengah penyesatan dan penderitaan yang terjadi, kita bisa tetap setia sampai akhir.  Inilah kebenaran yang ingin disampaikan oleh perikop Firman Tuhan yang akan kita pelajari. 

Penjelasan
Saudara-saudara, khotbah Yesus di perikop ini bermula dari ungkapan kekaguman salah seorang murid akan kemegahan Bait Allah di Yerusalem.  Murid tersebut berkata: “Guru, lihatlah betapa kokohnya batu-batu itu dan betapa megahnya gedung-gedung itu!”  Saudara, saya membayangkan, mungkin kekaguman murid tersebut pada Bait Allah mirip dengan kekaguman kita ketika melihat untuk pertama kalinya sebuah gereja yang begitu agung dan megah.  Kita mungkin akan mengatakan, “wuahhh…”.  Namun demikian bagaimanakah tanggapan kita seandainya pada waktu kita mengungkapkan kekaguman tersebut kepada pemimpin rohani kita dan menerima jawaban: “Kaulihat gedung yang hebat ini?  Tidak satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semuanya akan diruntuhkan.” Mungkin Saudara akan sangat terkejut dan berpikir: “Hah?  Apa aku nggak salah dengar nih?  Pasti dia bercanda, nggak mungkin ah akan terjadi hal seperti itu.  Itu kan tempat di mana orang beribadah kepada Tuhan.  Tentulah Tuhan akan menjaganya.    
Saudara, pikiran seperti itulah yang mungkin kira-kira ada di benak murid tadi ketika mendengar tanggapan Yesus.  Tidak mungkin Bait Allah akan dihancurkan sampai rata dengan tanah.  Bahkan menurut konsep yang mereka pegang turun temurun sebagai orang Yahudi, bukankah Bait Allah nantinya akan menjadi pusat pemerintahan Mesias.  Mereka yakin bahwa Mesias akan datang untuk membebaskan bangsa Israel dari penjajahan dan kemudian  memulai pemerintahan yang baru dengan Bait Allah sebagai istananya.
Oleh sebab itulah, tanggapan Yesus menyisakan tanda tanya yang besar di benak para murid.  Dipicu oleh rasa penasaran dan ketidakpuasan akan pernyataan Yesus, Petrus, Yakobus, Yohanes, dan Andreas mengajukan pertanyaan kepada-Nya.  Ada dua hal yang mereka tanyakan: pertama, bilamanakah itu akan terjadi?  Dan kedua, apakah tandanya, kalau semua itu akan sampai kepada kesudahannya?
Sampai di sini, ada pertanyaan kritis muncul di benak saya.  Jika melihat konteksnya, para murid menanyakan kapan saatnya Bait Allah akan dihancurkan.  Namun, mengapa LAI memberi judul “Khotbah Akhir Zaman”?  Tentu saja LAI tidak akan sembarangan memberi judul.  Saya mencoba mencari jawabannya dengan mempelajari kata “kesudahannya” dari bahasa aslinya (suntheleisthai).  Kata kerja sunteleisthai tidak mutlak harus dihubungkan dengan kesudahan dunia (sunteleia tou aionos).  Kata kerja itu dapat juga bersifat umum, yaitu selesainya masa tertentu (Luk. 4:2, 40 hari; Kis. 21:27, tujuh hari) atau tuntasnya perbuatan tertentu (Luk. 4:13, pencobaan di padang gurun).  Oleh karena itu, berdasarkan konteks pembicaraan sebelumnya, sangat kuat kemungkinan bahwa para murid memakainya untuk merujuk pada kehancuran Bait Allah.
Namun analisa kata tersebut tidak cukup memuaskan saya karena tanda-tanda yang diberikan Yesus di ayat 5-13 sepertinya mengarah kepada akhir zaman.  Pencarian saya berujung manis ketika saya membaca tulisan Anthony A. Hoekema.  Ia mengatakan bahwa metode pengajaran yang dipakai oleh Yesus dalam Markus 13 adalah nubuat ganda, artinya peristiwa-peristiwa yang masih jauh di depan dan perstiwa-peristiwa yang akan segera terjadi dibicarakan secara simultan, sehingga seolah-olah keduanya terjadi pada waktu yang bersamaan.  Jadi, Yesus sedang menjawab pertanyaan para murid mengenai saat kehancuran bait Allah, sekaligus memanfaatkannya untuk menjelaskan mengenai akhir zaman.  Metode nubuat ganda ini sebenarnya bukanlah hal yang aneh karena sering dilakukan oleh nabi-nabi dalam PL.  Untuk lebih jelasnya, mari kita memperhatikan tanda-tanda yang diberikan oleh Yesus:

1.      Munculnya mesias-mesias palsu
Dalam ayat 6 ditulis: “Akan datang banyak orang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan mereka akan menyesatkan banyak orang.”  Dengan kata lain, akan muncul orang-orang yang mengaku diri sebagai Mesias/Kristus.  Tentu saja klaim itu akan dibarengi dengan kemampuan mengadakan tanda-tanda dahsyat dan berbagai mukjizat. Dalam sejarah Yahudi, fenomena mesias palsu ini mencuat terutama pada Revolusi Yahudi tahun 66 Masehi, di mana situasi yang ada membuat pengharapan akan kedatangan mesias begitu besar.  Banyak orang mengaku diri sebagai mesias dan sebagian memimpin gerakan melawan pemerintahan Romawi.  Contohnya, orang bernama Theudas mengaku mampu membelah Sungai Yordan. 
Namun mesias-mesias palsu ternyata bukan hanya ada di zaman dahulu.  Pada tahun 1983, David Koresh mengaku mendapatkan wahyu sebagai orang yang terpilih untuk menyelamatkan dunia. Beberapa waktu kemudian ia malah mengaku sebagai mesias.  Kedoknya baru terbuka ketika ia tewas bersama sekitar 80 pengikutnya di Waco, Texas, di tengah kepungan FBI atas tuduhan kepemilikan senjata api ilegal.  Baru-baru ini, seorang pendeta dari gereja Growing In Grace di South Florida juga memproklamirkan diri sebagai penjelmaan Yesus Kristus.  Nama pendeta itu adalah Jose Luis De Jesús Miranda.  Namun, pengakuan itu sama sekali tidak dapat dipercaya karena kehidupannya tidak memperlihatkan karakter ilahi.  Berasal dari Puerto Rico, De Jesus mulai terlibat narkoba sejak usia 14 tahun dan sempat masuk keluar penjara akibat keterlibatannya dalam berbagai bentuk kejahatan.
Dari fakta-fakta tadi, jelaslah bahwa mesias-mesias palsu muncul dari zaman ke zaman, bukan hanya ada sebelum kehancuran bait Allah.

2.      Terjadi perang, gempa bumi, dan kelaparan
Kembali ke perikop yang kita pelajari, ayat 8 mencatat: “Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan.  Akan terjadi gempa bumi di berbagai tempat, dan akan ada kelaparan.”  Saudara-saudara, seringkali orang menghubungkan pernyataan ini dengan peperangan antara Roma dan Partia atau perang saudara yang terjadi sesudah Nero meninggal (68-69 Masehi), bencana kelaparan dalam pemerintahan Kaisar Claudius, serta gempa bumi di Kolose, Laodikia, Kreta dan Smirna.  Tetapi jika kita mau kritis, bukankah sampai saat ini pun  peperangan masih terus terjadi: India dan Pakistan, Palestina dan Israel, dan sebagainya?  Mengenai gempa bumi, tidak perlu jauh-jauh mencari contoh di negara lain.  Tentu masih segar di ingatan kita bahwa beberapa wilayah Indonesia silih berganti diguncang gempa: Aceh, Padang, Bengkulu, Mentawai, dan sebagainya.  Kelaparan pun adalah fenomena umum di sekitar kita.  Jadi, tanda kedua ini pun tetap terjadi dari dulu hingga kini.

3.      Terjadi penganiayaan orang percaya
Ayat 9 dari perikop kita mencatat peringatan Yesus kepada para murid: “Tetapi kamu ini, hati-hatilah.  Kamu akan diserahkan kepada majelis agama dan kamu akan dipukul di rumah ibadat dan kamu akan dihadapkan ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja karena Aku…” 
Saudara-saudara, kita tahu bahwa apa yang dikatakan oleh Yesus itu telah dialami sendiri oleh para Rasul dan orang-orang percaya pada masa pemerintahan Romawi.  Penganiayaan itu berlanjut sampai dengan masa kini.  Di sejumlah negara, orang Kristen sangat sering dianiaya.  Di Korea Utara, misalnya, seluruh kegiatan keagamaan dilihat sebagai pemberontakan terhadap pemujaan Kim Jong Il dan ayahnya.  Ketika orang-orang Kristen ditemukan, mereka sering ditangkap, disiksa, dan kadang-kadang bahkan dibunuh.
Tanda ketiga ini pun tidak hanya terjadi sebelum keruntuhan bait Allah, melainkan hingga saat ini.

Dengan demikian dapat kita simpulkan seluruh tanda yang diberikan oleh Yesus sebenarnya merupakan peristiwa-peristiwa yang umum terjadi dari zaman ke zaman, bukan hanya terjadi di suatu masa.  Kalau begitu, apakah tujuan Yesus menyebutkan tanda-tanda tersebut?  Outline Markus 13:5-13 memberikan hal yang menarik:

Waspadalah (blepete) supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu!
...
Semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya.
Semua itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru.

Tetapi kamu ini, hati-hatilah (blepete)!
...
Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya ia akan selamat."

Jadi, perkataan Yesus tersebut sebenarnya adalah sebuah retorika, suatu model pembicaraan seperti yang digunakan oleh seorang dosen berikut ini:

Ilustrasi
Di sebuah sekolah teologi, ada seorang dosen yang memiliki metode pengajaran yang unik.  Di dalam silabus yang diberikan tertulis bahwa nilai akhir para siswa sebesar 100% ditentukan oleh nilai ujian.  Namun hal yang mengusik para mahasiswa adalah di silabus tersebut tidak dicantumkan akan ada berapa kali ujian, bagaimana bentuknya, dan tanggal berapa ujian tersebut akan dilaksanakan.  Padahal, kejelasan mengenai ujian tersebut sangat penting karena menentukan lulus atau tidaknya mereka dari mata kuliah itu.  Maka segera saja para mahasiswa yang kritis mengangkat tangan mereka dan bertanya mengenai hal itu.
Menghadapi pertanyaan para mahasiswa, dosen tersebut tersenyum dan dengan tenang menjawab: “Dalam kuliah saya nanti, ada saatnya kalian diminta untuk membentuk kelompok untuk berdiskusi, namun itu bukanlah ujian.  Akan ada beberapa bahan yang diberikan untuk dibaca, namun itu hanyalah persiapan untuk ujian.  Ada waktunya kalian akan saya ajak keluar kampus untuk secara langsung mempraktikkan apa yang telah kita pelajari kepada masyarakat.  Namun itu juga bukan ujian yang dimaksud.”
Mendengar jawaban tersebut, salah seorang mahasiswa kembali mengangkat tangannya dan bertanya: “Maaf, pak, sepertinya pertanyaan saya belum terjawab.  Saya menanyakan kapan ujian tersebut akan dilangsungkan dan bagaimana bentuknya.  Tetapi yang bapak paparkan tadi malah yang bukan ujian.”
Dosen itu dengan senyum lebih lebar lagi berkata: “Tepat!  Justru itulah, saya ingin kalian senantiasa siap sehingga kapanpun ujian dilaksanakan dan bagaimanapun bentuknya, kalian akan dapat mengerjakannya dengan baik.”
Saudara, seperti dosen tadi, Yesus juga menggunakan retorika yang sama untuk memperingatkan para murid agar senantiasa berjaga-jaga sehingga kapan pun Ia datang kembali, mereka didapati tetap setia. 
Seorang penafsir berkata bahwa tema utama dalam pasal 13 adalah “watch” (Yun: blepete; Ind: lihat, hati-hatilah, berjaga-jagalah).  Kata Yunani blepete diulang sampat lima kali di pasal oleh Markus, yaitu di ayat 2 (kaulihat), 5 (waspadalah), 9 (hati-hatilah), 23 (hati-hatilah), dan 33 (hati-hatilah).  Kata-kata yang diulang adalah kata-kata penting.  Hal ini makin meneguhkan bahwa Yesus sedang sungguh-sungguh mengingatkan para murid agar senantiasa waspada terhadap penyesatan dan penganiayaan yang akan mereka alami sehingga tidak sampai membuat mereka berbalik dari imannya.

Aplikasi
Saudara-saudara, sebagai orang-orang percaya kita patut bersyukur karena memiliki pengharapan sejati di dalam Tuhan Yesus Kristus.  Namun pergumulan hidup di tengah penyesatan dan penganiayaan dapat menutup mata rohani sehingga orang-orang percaya dialihkan dari pengharapan itu.  Ada banyak orang Kristen yang menderita karena imannya dan mungkin mulai berpikir untuk meninggalkan Tuhan.  Mereka membutuhkan orang-orang untuk mengajarkan kebenaran dan membentengi mereka dari penyesatan.  Mereka membutuhkan orang-orang untuk memberi kekuatan ketika berada dalam pergumulan dan imannya mulai goyah.  Siapakah orang-orang yang dipanggil untuk menjalankan tugas mahapenting tersebut?  Saudara dan saya, orang-orang yang tahu kebenaran akan hal ini!  Namun, apa jadinya jika kita sendiri justru tidak mampu membedakan mana mesias asli dan mesias palsu; mana ajaran yang benar dan mana yang sesat?  Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban kita untuk membekali diri dengan pemahaman Alkitab yang benar, sekaligus menghidupi pemahaman tersebut dalam kehidupan sehari-hari.  Tanpa pemahaman Alkitab yang benar kita akan mudah terpedaya oleh mesias-mesias palsu dan ajarannya yang menyesatkan.  Tanpa pemahaman Alkitab yang benar, kita tidak akan dapat berapologetika ketika kekristenan digugat.  Tanpa pemahaman Alkitab yang benar-benar kita hidupi, kita tidak akan dapat bertahan ketika mengalami tantangan hidup/penganiayaan.
Saudara-saudara, kita patut bersyukur jika saat ini negara kita masih memberi kebebasan pada orang Kristen untuk beribadah.  Namun itu tidak menjamin selamanya kita akan hidup aman dan damai.  Ada banyak orang yang berusaha menghambat kekristenan dan menghambat kita untuk sungguh-sungguh mengikut Tuhan, bahkan hambatan itu bisa muncul dari orang-orang terdekat dengan kita seperti keluarga kita.  Menembus hambatan itu tentu bukan perkara yang mudah.  Namun demikian, jangan takut Saudara, tetaplah berdiri teguh dan kerjakan tugas pelayanan kita sebab kita tidak pernah ditinggalkan sendiri.   Allah akan menolong kita, bahkan menjadikan kita mampu menjadi saksi bagi mereka yang ingin berbuat jahat terhadap kekristenan. 

Penutup
Saudara, mesias-mesias palsu akan terus-menerus bermunculan untuk menyesatkan orang percaya.  Penganiayaan demi penganiayaan akan terus terjadi untuk membuat orang-orang Kristen berbalik dari imannya.  Namun semua itu tidak berarti kita harus diam dan menyerah dengan keadaan.  Biarlah kita membiarkan diri terus dibakar oleh api Roh Kudus utnuk mencari dan menyuarakan kebenaran; tetap teguh berdiri di jalan Tuhan sampai akhir hidup sekalipun harus menderita aniaya.  Tuhan telah berfirman: barangsiapa bertahan sampai pada kesudahannya, ia akan selamat.  Kiranya Tuhan menolong kita.  

                                                             Amin.





1 komentar:

  1. Khotbahnya sangat bagus dan lengkap pak... Terima Kasih... Tetap semangat dalam melayani Tuhan Kita.

    BalasHapus